PERJALANAN HIDUP (IBRAHIM BIN YAZID AN-NAKH'IY)


Nama : SAEFUL FAHMI
Nim : 11734029

Ibrahim Bin Yazid An-Nakh'iy (46 H - 96 H)
(Ulama Fiqh Dan Ahlul Hadits Pada Masa Tabi'in)

  • Riwayat Lengkap dan Nasab Beliau
Nama lengkap beliau adalah Abu Imran Ibrohim bin Yazid bin Qois ibnu Al-Aswad bin `Amru bin Rubai`ah bin Dzukhl bin Sa`ad bin Malik bin Nakho` An-Nakh’iy Al-Yamani Al-Kufy. Namun beliau lebih dikenal oleh banyak kalangan dengan sebutan Nama Ibrahim An-Nakh'iy.
Beliau adalah Seorang Ulama yang sangat ahli dalam bidang ilmu Fiqh (Faqih) dari Kufah Iraq dan Imam Mujtahid yang sangat luar biasa. Beliau masuk golongan Tabi'in yang dihormati oleh banyak kalangan.
Beliau juga merupakan salah satu perawi hadits yang masyhur, Banyak ulama yang hidup pada masanya memuji beliau karena kcerdasannya dan kuatnya terhadap hafalan hadits.
Kontribusinya dalam periwayatan hadits juga cukup banyak, melebihi ulama tabi’in lainnya semisal Al-Qamah, Al-Aswad, Masruq, dan yang lainnya. Kecerdasannya begitu mumpuni, dan budi pekertinya sangat santun. Ulama yang berasal dari Kufah ini bertemu dengan sejumlah sahabat Rasulullah Saw semisal Abu Sa’id al-Khudri dan Ummul Mukminin Aisyah RA. Bahkan dalam sebuah riwayat, Ibrahim menjadi referensi kajian hadits di kalangan tabi’in.
  • Guru-Guru Beliau
Ibrahim An-Nakh'iy berguru kepada banyak Imam-imam dan Syaikhul Islam terkemuka. Guru-guru Beliau antara lain:
-Masyruq
-Alqomah bin Qois
-Ubaidah As-Salmani
-Abu Zur’ah
-Al-Bajali
-Khoitsamah bin `Abdurrahman
-Ar-Rabi’ bin Khutsaim
-Abu Sya’tsa’ Al Muharibi
-Sahm bin Minjab
-Suwaid bin Ghoflah
-Al-Qodli Suraih
-Suraih bin Arthah
-Abu Ma`mar `Abdullôh bin Sakhbar
-Ubaid bin Nadlolah
-`Umaroh bin `Umair
-Abu `Ubaidah bin `Abdullôh
-Abu `Abdurrohman As-Sulami
-`Abdurrohman bin Yazid
-Hammam bin Al-Harits
dan beberapa guru dari kalangan kibaruttabi’in.
  • Murid-murid Beliau
Karena kealiman dan kefaqihan Beliau sebagai Guru besar, Beliau telah berhasil mendidik banyak murid-murid yang tidak kalah hebatnya dengan kealiman dan kefaqihan Beliau Dalam memiliki wawasan ilmu pengetahuan. Murid-murid hebat Beliau antara lain :
-Al-Hakam bin Utaibah
-`Amru bin Murrah
-Hammad bin Abi Sulaiman
-Simak bin Harb
-Mughirah bin Miqsam
-Abu Ma’syar bin Ziyad bin Kulaib
-Abu Husain
-`Utsman bin `Ashim
-Manshur bin Mu’tamar
-`Ubaidah bin Muattib
-Ibrohim bin Muhajir
-Al-Harits Al-Uklai
-Sulaiman Al-A’masi
-Ibn `Aun
-Atho’ bin Saib
-Abdurrohman bin Sya’tsa’
- 'Abdurrohman bin Syubromah
-Ali bin Mudrak
-Fudhoil bin `Amru
-Washil bin Hayyan
-Zubaid Al-Yami
-Muhammad Al-Kholid
-Muhammad bin Suqoh
-Yazid bin Abi Ziyad.
  • Karakter dan Kehidupan Beliau Dalam Tanggapan Beberapa Ulama
Beliau adalah ulama yang memiliki karakteriaristik yang mengagumkan. Hal ini disandarkan dari beberapa sanjungan dari banyak ulama terhadap beliau. Berikut sanjungan sanjungan para ulama kepada beliau:

- Tholhah bin Musharri berkata: “Tidak ada seorang pun di Kufah yang lebih aku kagumi daripada Ibrohim dan Khaitsamah.”

- Ahmad bin Hambal berkata: “Ibrahim An-Nakh'iy adalah orang cerdas, dia adalah salah satu dari dua mufti Kufah (satunya lagi adalah Asy Sya’bi).”

- Asy Sya’by pernah berkata,” Tidak ada seorangpun yang masih hidup yang lebih alim dari pada Ibrahim, walaupun al Hasan dan Ibnu Sirin”.

- Az Zuhrah pernah berkata,” an Nakha’iy adalah salah seorang ulama terkenal”.

Ibrahim An-Nakha’i pada dua puluh awal awal bulan Ramadhan mengkhatamkan al-Qur`an satu kali tiap tiga malam. Saat memasuki sepuluh akhir Ramadhan, ia mampu mengkhatakan al-Qur`an dua malam sekali.
Ibnul Jauzi berkata, “Ibrahim An Nakha’i ketika membaca mushaf lalu ada yang masuk menemui beliau, beliau menutupi Qur’annya.”
Mereka menutup Al Qur’an artinya enggan bacaan Al Qur’annya dilihat orang lain. Mereka melakukan seperti ini karena amalan membaca Al Qur’an
adalah amalan sunnah, jadi sebaiknya ditutupi, tidak ditampakkan. Mereka menutupnya karena khawatir dipuji dan memang asalnya amalan sunnah seperti itu disembunyikan.
  • Beberapa Perkataan dan Pendapat Beliau Dalam Beberapa Riwayat
-Dari Syu’bah, dari Manshur, Ibrohim An-Nakha’i berkata: “Aku tidak pernah menulis sesuatu pun.” Dari perkataannya ini bisa kita ketahui kecerdasan dan kepandaiannya, sehingga Beliau tidak merasa perlu menulis ilmu yang telah ia kuasai.
Dari Fudhoil Al-Fuqaimi, Ibrohim An Nakho’i berkata kepadaku: “Tidaklah seseorang menulis sesutau, kecuali dia pasti akan bertawakal kapada tulisannya.”

-Ibrahim an-Nakha’i rahimahullah berkata, “Nyanyian menumbuhkan kemunafikan di dalam hati.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1222)

-Ibrahim an-Nakha’i rahimahullah berkata, “Jika dikatakan kepadamu, ‘Apakah kamu mukmin?’ maka jawablah, ‘Aku berharap begitu’.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1248)

-Qadha’ tanpa Fidyah
Hasan al-Bashri dan Ibrahim an-Nakha’i berpendapat orang yang menunda-nunda qadha’ shaum Ramadhan sampai datang Ramadhan tahun berikutnya, tanpa adanya udzur, maka ia “hanya” terkena kewajiban qadha’. Namun ia tidak terkena kewajiban fidyah.
Ulama madzhab yang memegangi pendapat ini adalah Imam Abu Hanifah dan Daud azh-Zhahiri.
Mereka berdalil dengan:
Firman Allah, “…hendaklah ia mengganti shaum pada beberapa hari yang lain (di luar Ramadhan).” (QS. Al-Baqarah [2]: 184)
Dalam ayat ini, Allah hanya memerintahkan qadha’, tanpa memerintahkan fidyah.

-Perkataan Beliau yang lain:
” إني لأرى الشيء أكرهه، فما يمنعني أن أتكلّم فيه إلا مخافة أن أُبتلى بمثله
“Aku melihat sesuatu yang aku tidak suka, tidak ada yang menahanku untuk berkomentar dan membicarakan dirinya kecuali karena aku khawatir aku yang akan ditimpakan masalahnya dikemudian hari.”
كَفَى عَلَماً عَلَى النِّفَاقِ أَنْ يَكُوْنَ الرَّجُلُ جَارَ المسْجِد ، لاَ يُرَى فِيْهِ
“Cukup disebut seseorang memiliki tanda munafik jika ia adalah tetangga masjid namun tak pernah terlihat di masjid” (Fath Al-Bari karya Ibnu Rajab, 5: 458 dan Ma’alim As-Sunan, 1:160. Lihat Minhah Al-‘Allam, 3: 365).

-Salah satu pendapatnya dalam masalah fiqih adalah: memperkeras bacaan Basmalah dalam shalat adalah bid’ah.
  • Wafatnya Beliau
Ada dua pendapat berkenaan dengan umur beliau, ada yang mengatakan 49 tahun dan anda yang mengatakan 58 tahun. Beliau meniggal pada tahun 96 H di Kufah.

Ketika ajal menjelang, Beliau sempat menangis. Para kerabat yang ada di sekitanya berkata: “Apa yang membuatmu menangis?” Beliau menjawab, “Bagaimana aku tidak menangis, saat ini aku sedang menantikan utusan dari Allah yang akan memberi kabar. Apakah surga ataukah neraka.”

Dari Syu’aib bin Habhab berkata: “Aku bersama orang-orang yang mengubur An-Nakho’i pada malam hari.” Asy-Sya’bi berkata: “Apakah kalian telah mengubur teman kalian?” Aku menjawab: “Ya,” Asy-Sya’bi berkata lagi “Sesungguhnya dia tidak meninggalkan seseorang yang lebih pandai darinya atau lebih faqih darinya,” aku bertanya “Tidak juga Al-Hasan dan Ibnu Sirin?” dia menjawab “Ya, tidak dari penduduk Bashroh, tidak dari penduduk Kufah, dan tidak juga dari penduduk Hijaz.” Dalam riwayat lain ditambah kalimat: “Tidak juga dari penduduk Syam. "

Kepergian Ibrahim bin an-Nakha'i menyisakan kesedihan dan kepiluan di hati masyarakat. Betapa tidak, ketakwaan, keilmuan, dan kezuhudannya begitu berkesan. Syu'aib bin al-Habhab berkata, "Aku termasuk salah sesorang yang menguburkan Ibrahim an-Nakha'i. Lalu asy-Sya'bi bertanya, 'Apakah kalian ikut menguburkan sahabat kalian?' Maka aku menjawab, 'Ya.' Lalu asy-Sya'bi berkata, 'Sungguh Ibrahim tidak mewariskan sesuatu kepada seseorang. Tidak ada orang yang lebih berilmu dan faqih dari beliau'."

Bahkan bagi asy-Sya'bi, sepeningal Ibrahim, tidak ada seorang pun di Jazirah Arab yang dapat mengungguli keilmuan Ibrahim. "Ya, tidak ada penduduk Basrah, Kufah, Hijaz, dan Syam yang lebih berilmu dan memahami agama kucuali Ibrahim," asy-Sya'bi dalam pendapatnya terhadap Beliau.

  • Kisah-kisah Beliau

 - Kisah Ibrahim An Nakha'i dan Muridnya Al A'masy
Ibrahim An-Nakha'i rahimahullah adalah seorang yang buta sebelah matanya. Ia memiliki murid yang penglihatannya juga lemah bernama Sulaiman bin Mahran rahimahullah.

Imam Ibnul Jauzi mengisahkan dalam kitabnya Al-Muntadham, suatu hari mereka berdua menyusuri jalanan kota Kufah untuk mencari sebuah masjid. Saat keduanya berada di jalanan yang sama, Imam An-Nakha'i berkata:

"Wahai Sulaiman, bisakah kamu lewat jalan yang berlainan dengan saya ?, sebab aku kuatir bila kita melewati jalanan yang sama dan bertemu dengan orang-orang bodoh lalu mereka berkata: "ada orang buta sebelah (A'war) menuntun orang yang lemah pandangannya (A'masy)"

Maka Al-A'masy (Sulaiman) berkata:
"Wahai Abu Imran, lantas kenapa dengan dirimu bila engkau mendapat pahala sedang mereka mendapat dosa?"

Ibrahim An-Nakha'i berkata:
"Maha Suci Allah, bila kita selamat dan mereka juga selamat itu jauh lebih baik dari pada kita mendapat pahala sedang mereka mendapat dosa."
---kitab Al-Muntadham Fit Tarikh Ibnul Jauziy 7/15,,,

- Kisah Tentang Beliau Dalam Beberapa Riwayat
Ulama Kufah ini bertemu dengan sejumlah sahabat Rasulullah semisal Abu Sa'id al-Khudri dan Ummul Mukminin Aisyah ra. Bahkan dalam sebuah riwayat, Ibrahim menjadi referensi kajian hadis di kalangan tabi'in.
Ismail bin Abi Khalid berkata, "Suatu ketika asy-Sya'bi, Ibrahim an-Nakha'i, dan Abu adh-Dhuha berkumpul di sebuah masjid untuk mengkaji hadis. Jika mereka mendapatkan hal-hal yang tidak diketahui, maka mereka mengarahkan pandangan ke Ibrahim an-Nakha'i."

-Tidak hanya menguasai kajian hadis dan persoalan intelektual. Beliau juga rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Beliau dikenal getol berpuasa Nabi Daud. Jika tengah malam kebanyakan  manusia terlelap dalam mimpi, Ibrahim justru khusyuk melaksanakan shalat malam (qiyamullail).
Diceritakan, tiap hendak shalat malam di masjid, Ibrahim selalu mengenakan pakain yang terbaik dan memakai wewangian. Begitu asyiknya qiyamullail, Ibrahim tidak pernah meninggalkan masjid kecuali jika fajar menjelang.

-Beliau tipikal tabi'in yang tawadhu, tidak menyukai publisitas dan ketenaran, banyak diam, dan hanya terfokus untuk peningkatan ibadah dan kapasitas pribadi. Semangatnya dalam berinteraksi dengan al-Qur'an perlu diacungi jempol.
Al-'Amasy berkata, "Suatu hari aku sedang bersama Ibrahim an-Nakha'i, lalu dia membaca al-Qur'an. Lalu seseorang datang, dan Ibrahim pun menutup al-Qur'an. Ibrahim berkata, 'Janganlah engkau melihatku seperti itu, aku terbiasa membaca al-Qur'an setiap jam'."

-Pun demikian dengan sikap tawadhunya. Hingga diceritakan, ada seorang pemuda yang mendatangi Ibrahim untuk bertanya mengenai sesuatu hal, namun Ibrahim balik bertanya, "Apakah engkau tidak mendapatkan seseorang untuk ditanyai selain diriku?"
Ini menggambarkan betapa Ibrahim selalu menjaga lisannya dan berhati-hati untuk berfatwa. Bahkan terkadang, jika ada orang yang datang, Ibrahim kerap merendahkan diri. "Kadang aku berharap untuk tidak dapat berbicara. Jika engkau bertanya kepadaku, terkadang aku tak berhasrat untuk menjawab."
Bagi Ibrahim, ilmu dicari bukan untuk dipamerkan dan mendapat kehormatan serta pujian di mata masyarakat. Lebih dari itu, mencari ilmu merupakan salah satu pintu mendapatkan pahala Allah swt. "Barangsiapa mencari ilmu yang dengannya berharap untuk mendapatkan keridhaan Allah, maka Allah akan memberinya ilmu yang bisa mencukupinya," ujarnya suatu ketika.

-Begitu banyaknya ulama dan kerabat yang menyanjung dan memberikan pengakuan kepadanya. Dalam kitab Tadzkirh al-Huffazh diceritakan, Said bin Jubair pernah didatangi sekelompok orang yang hendak meminta fatwa kepadanya. Alih-alih memberi fatwa, Said malah berkata, "Kalian meminta fatwa kepadaku, padahal di antara kalian terdapat Ibrahim an-Nakha'i."

-Dalam al-Farhu wa at-Ta'dil dikisahkan, sesesorang mendatangi Abu Wail untuk meminta fatwa. Abu Wail menyuruhnya untuk mendatangi Ibrahim dan berkata,"Tanyalah kepadanya lalu beritahukan kepadaku apa yang dikatakannya."

(Referensi: diambil dan dikutip dari berbagai sumber rujukan buku sejarah Tabi'in dan internet)

☺️☺️☺️IAIN-FUAD-IAT-B-2018☺️☺️☺️

Komentar

populer post

TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH (GOOD CLEAN AND GOVERNANCE)

ULASAN SINGKAT TRADISI YASINAN DAN TAHLILAN

PENGANTAR ULUMUL QUR'AN - (Tentang WAHYU)